SEBUAH PETUAH ALAM
Kumenapaki jalan tak berbekas
Menelusuri terowongan tak berbekas
Memberi satu kara
Jagalah aku anak manusia !!!
Aku tak mengerti perkataan itu
Menjadi bimbang dalam kesenduan hati
Aku tak bermaksud tuk mengerti
Memang aku tak peduli
Engkau adalah alam
Menjaga keseimbangan bumi dan langit
Memanggul derita penuh luka
Di pucuk dunia ini
Dulu engkau begitu indah
Cakrawalamu menjulang
Menembus kesengsaraan yang fana
Menerobos gerbang-gerbang neraka
Sekarang!!!!
Aku tak melihat hal itu
Karna ulah tangan-tangan jahil
Tak berperasaan
Membawa bencana pada negeri
Wahai anak cucu Adam
Dengarlah pesanku ini
Rawat dan jagalah aku !!!!
Sebelum Tuhan murka
Bojonegoro, 01 Januari 2006
DERITA HATI
Sayang, hatiku hancur dalam kepiluan
Saat kau menjauh dari cintaku
Sayang, penglihatanku terasa kabur
Melihat engkau berdua penuh mesra
Aku ingin seperti dulu
Canda riang di kebun ria
Selalu menghias hari-hari kita
Aku ingin engkau mengerti
Betapa besar cintaku padamu
Seperti langit tak berujung
Seperti ombak menghancurkan negeri
Itulah harapanku padamu
Sayang, lihatlah di sana
Bukit-bukit tempat mengadu kasih
Langit tampak begitu cerah
Sungai mengalirkan air dengan tenang
Menunggu cinta kasih kita
Mereka juga heran
Kenapa kita harus berpisah...?
Bojonegoro, 24 Januari 2006
MEKAR
Matahariku sudah sangat sore
Ketika aku menatap wajahmu
Di foto ini
Keramunan yang mencuat
Dari kesuburan pekarangan
Menciptakan bayang-bayang indah
Tentang cinta gadis dewasa
Menjadi kekasih dalam hati
Saat kupandang kasih mungilku
Hatiku berkata : bahwa cintaku tumbuh
Bersamaan keranuman padang ilalang
Kini tumbuh di dadaku
Bojonegoro, 05 Februari 2006
HARI
Hari-hari liburku
Merupakan hari-hari panjang
Tak berarti hingga kini
Dulu…..
Jika aku berada di sisimu
Aku merasa hari demikian cepat
Aku hanya memandangmu
Menatap wajahmu yang mempesona
Tiap waktu dan hari
Hari-hariku
Seperti tak pernah terbenam
Bojonegoro, 16 Februari 2006
TAK KUDUGA
Kutulis sebait puisi
Seperti dulu kala
Seperti biasanya
Hanya kupersembahkan untukmu
Wahai gadis manis
Sudah kulukis wajahmu
Pada kanvas terawang
Slalu kugoreskan pena
Penuh kasih dan sayang
Wahai dambaan hati
Sudah kukenang raut wajahmu
Walau aku tak mampu bertahan
Dalam kenangan penuh cinta
Memendam beribu makna
Wahai kekasih jiwa
Sudah kutebak segalanya
Bahwa engkau tak mau mendengarku
Walau hanya sedetik saja
Melihat aku saja tak mau
Apalagi mendengar keluh kesahku
Keluh kesah penuh duri
Bojonegoro, 19 Maret 2006
SURAT PROTES BUAT TUHAN
Wahai kawan karibku
Dapatkah engkau mengerti deritaku ini
Terselubung dalam kalung suci
Menanti semuanya agar segera kembali
Tiada lagi canda riang
Dedaunan menari-nari bergandengan angin
Burung-burung memainkan musik suci
Mendamaikan hati yang lara
Sekarang....
Aku tinggal sendiri tanpa kawan
Penuh luka dan cemooh
Hanya air mataku ini
Menjadi teman sejati
Aku hanya dapat menahan geram
Menerawang khayalku pada awan
Kulihat seberkas cahaya datang
Dengan nada ejekan penuh senyum menawan
Tuhan…..
Aku tahu engkau pencipta semua
Berikan aku setitik arti
Kembalikan tawa riangku seperti dulu
Bojonegoro, 24 Maret 2006
SENDIRI
Kakiku tak menjejak bumi
Hati dan jiwaku seperti melayang
Dalam cakrawala tak terbatas
Mengawang dalam angan
Lepas, selepas-lepasnya
Bojonegoro, 26 Maret 2006
LUKISAN JIWA
Rasa sunyi mencuak
Memagut kenangan cinta
Menoreh pedih pada hati
Angin berhembus semilir
Menebar keceriaan diri
Memoles senyum dan tawa
Di sudut taman ini
Bojonegoro, 03 April 2006
CINTA LAMA BERSEMI KEMBALI
Awan biru berubah putih
Aneh, memang sangat aneh
Tak seperti kekasih
Kini aku berdiam diri
Meratapi cerita ini
Kini aku jatuh cinta lagi
Seperti dulu
Engkau menyentuh relung hati
Rasa kasih tak tertahan
Bisikan manis menantikan
Kata sayang terucapkan
Kini aku jatuh cinta lagi
Seperti pertama kali
Bojonegoro, 02 Mei 2006
AKU MASIH SAYANG KAMU
Tak ingin aku mengulanginya
Atas segala kekhilafan
Tlah lama aku meratapi
Atas segala kekuranganku
Aku tlah bangun
Dari segala keterpurukkan
Tuk kembali di sampingnya
Untuk selama-lamanya
Mencintai kekasih setulus hati
Bojonegoro, 20 Mei 2006
HAUS CINTA
Matahari dan angin berpadu
Membuai hati dengan kesejukkan
Putaran musim bergerak tanpa arah
Aku mendengar suara hati
Suara berbau kencur
Mendesah dalam linangan air mata
Aku basuh kegerahan jiwa
Dengan pancuran air suci
Merentaskan kehausan kehidupan
Bojonegoro, 01 Juni 2006
KUTEMUKAN
Aku berpeluh di bukit terjal
Merebahkan diri bagaikan permadani
Kugelar seluas alam raya
Kelembutanku menemukan kekasih
Begitu damai dan sejuk
Membasuh dahaga cinta
Begitu lama kunantikan
Bojonegoro, 03 Juni 2006
KUTUNGGU ENGKAU DI BULAN JULI
Kasih….
Engkau pergi meninggalkanku
Pada bulan juli
Kasih….
Engkau jauh dariku
Ketika aku sayang kamu
Kasih….
Di stasiun ini aku menunggu
Menunggu hingga kau tiba nanti
Bojonegoro, 01 Juli 2006
PENANTIAN DI TAMAN BUNGA
Aku terdiam di sepanjang jalan berdebu
Perjalanan musim kemarau
Hutan-hutan hijau
Terganti dengan tunggul-tunggul mati
Legam dimakan api
Mengombak di sekitarnya
Ilalang dan semak belukar tak terurus
Rimba nan hijau
Hilang ditelan raksasa merah
Hatiku jauh lebih sakit
Karna apa yang kuhadapi
Di sepanjang jalan li ntas ini
Semua seperti memeta
Pada kenangan masa silam
Kenangan saat-saat terindah
Saat dia masih di sisiku
Kini, kurasa aku menapaki sejarah
Merangkai kalung kenang masa lalu
Membuka nostalgia lama
Kulihat semua seperti phon warna-warni
Seperti rangkaian bunga penuh keharuman
Disusun oleh jari jemari sang jelita
Bojonegoro, 09 Juli 2006
RUMAH CINTA
Kulihat jajaran rumah mungil
Tersebar di alam raya
Di bangun dengan rasa cinta kasih
Antara pangeran dan putri jelita
Di sudut rumah terdapat taman bunga
Ada untaian cinta dan sayang
Ada sungai cinta mengalir
Ada danau kehidupan yang bergelombang
Ada gunung kasih, mengepulkan asap cinta
Ada tembang yang dinyanyikan perjaka
Ada petikan kecapi dimainkan gadis mungil
Ada irama musik menyejukkan hati
Kurasa aku sedang melihat rumah cinta
Rumah yang penuh kebahagiaan
Bojonegoro, 17 Agustus 2006