"SELAMAT DATANG DI CATATAN SUASANA HATI"

2005

KISAH SEORANG PUJANGGA KELANA


Kuberjalan di jalan berbatu
Gelap tapi nyata
Kuberdiri di pantai surga
Memandangi karunia Tuhan
Kulihat engkau tersenyum tersipu
Senyum manis penghias bibir
Rambut terurai pesona
Aku tak sanggup
Namun aku tegar berdiri
Menggapai mimpi dalam khayalan
Lamunanku adalah harapan
Dalam buaian kasih sayang
            Kayu dan ranting bergoyang
            Tertutup kain merah
            Pertanda cinta membara
Dalam hati seorang pujangga kelana



Bojonegoro, 10 Juni 2005



TANYA MALAM


Tersentak aku di lautan api
Di kala surya tertiup awan hitam
Tenggelam ditelan kelam
Berganti hadirkan malam
            Malam kau hadir membanyang
Mengapung dalam pekatnya
Seperti mimpi
Seperti kita berada di surga
Melihat keajaiban Tuhan
O…, malam hadirmu dinantikan
Kau memberi kedamaian
Bagi insan yang lelah
Kadang – kadang aku merasa takjub
Dalam mimpi
Kadang – kadang aku bertanya
Dalam pencarian yang tak henti



Bojonegoro, 25 Juni 2005





Good Bye


Semua meninggalkan diriku
Dalam kesedihan mendalam
Akan kubawa kemana luka ini
Terus menghantui tiap waktu
Bertahun – tahun aku merangkak
Meninggalkan samudera kehidupan
Mengikuti kata hati paling dalam
Semakin jauh dan tak tahu kau berada

Semua meninggalkanku
Aku tak tahu
Bagai anak kecil sedang tertawa
Tak mengerti bakal kehilangan balonnya
Semakin jauh ditelan bumi
Sementara sawah – sawah subur menunggu
Kesanakah aku akan pergi….?
Beban ini sakit tiada henti
Dunia membawa semua ini kian jauh

Kusangka mereka akan memanggilku
Agar kau ikut mereka
Tapi, tak kudengar satu suara pun
Kecuali desah mimpi dan angan – angan
Negeri terendam derita
Bumi ini mati suri
Pergi menghilang. Aku sendiri
Luka hati ini tak mengadu
Dunia membawa semua semakin jauh



Bojonegoro, 30 juni 2005



KEDUNGUANKU


Aku hanya ingat samar
Tentang kabut menyelimuti hati
Wajahku tampak begitu tegang
Orang – orang bergerak tanpa arah
Aku menerawangkan pandang
Menerobos cahaya kemerahan
Sorotan mata layu namun tegas
Menangkap bias sinar rembulan
Kedunguanku bukannya kebodohanku
Namun ketidakmampuanku
Pada hidup yang slalu menyiksa
Waktu dan ruang bergerak
            Terpancar dari wajahku rasa gusar
            Terdengar suara jeritan hati
            Desir angin berhembus semilir
            Menebar maut, merenggut cinta



Bojonegoro, 05 Juli 2005




SINDROM KEHIDUPAN


Di pagi hari
Aku berangkat belajar
Tmapak olehku seorang pemuda
Berjalan kaki penuh semangat
            Sepintas hatiku malu
            Terasa tak sanggup melihatnya
            Di tengah keramaian kota
            Jiwa tersedu menangis merintih
Ia terus berjalan
Walau tak mampu menahan rasa malu
Hanya untuk satau tujuan
Membuat orang tua bahagia
            Hatiku marah
            Tuhan tak adil terhadapnya
            Di tengah kekayaan negeri
            Terasa miskin hanya miliknya
            Ia berjalan sendiri
            Tanpa seorang kawan



Bojonegoro, 21 Juli 2005




PROTES KEPADA NEGERI


Aku ingin engkau percaya
Seperti petir merobek langit
Lantas menjahitnya kembali
Dalam perpaduan yang sempurna
            Tapi aku engkau buang
            Di pulau terpencil, jauh dari keramaian
            Sementara mereka yang tak berjasa
            Engkau makmurkan dan jayakan
Duka dan derita terus menimpaku
Apakah engkau merasakan jua….?
Akan kuberikan segala yang kumiliki
Asal saja kau mengerti perasaanku



Bojonegoro, 17 Agustus 2005





TERINGAT PADA CINTA


Bagaimana aku bisa lupa padamu, kasih
Setelah kutatap wajahmu selama berjam – jam
Membawa sejuta senyuman membawa luka
Di hutan, sekarang aku jadi pengembara
Tak berdaya, sepi, kosong, dan sakit – sakitan
Jauh dari keramaian kota, jauh dari semua
Tapi lupakah aku pada kalian begitu saja….

Nasib membuatku menjadi seonggok batu
Laut tanpa ombak, pantai tanpa pasir
Tapi jangan bilang aku lupakan kau
Hutang rindu, hutang kasih sayang
Tak tertebus dengan sejuta bait puisi
Hidup bukan sekedar iuran perkataan
Sejak dulu telah kukatakan

Sekarang di tengah lautan kata
Aku memanggilmu, kasih
Engkau t’lah buat aku merana
Dengan cinta dan kasih sayang di masa lalu
Ombak kini menggantikanmu
Dengan canda dan senyummu
Mendekatkan aku ke akhir perjalanan cinta



Bojonegoro, 26 Agustus 2005





POTRET SEORANG MURID


Dengan sejuta impian dan harapan kosong
Aku menuntut ilmu
Kukunyah-kunyah semua bahasa
Sekumpulan ilmu t’lah menjadi menu utamaku
Pengetahuan adalah sendok dan garpu

Tuhan, jangan beri aku segudang khayalan
Baunya lebih kecut ketimbang keringatku
Lebih baik di bawah pohon cemara
Aku menyiapkan masa depanku
Untukmu, Ibu Pertiwi
Untuk wakil rakyat, pejabat, dan presiden

Ilmu tujuh belas tahun genap sudah
Engkau masih tak berguna bagaikan sampah
Isak tangis menjalar di mana-mana
Terbengkalai bagaikan binatang
Buat asa dan harapan di masa depan


Bojonegoro, 23 September 2005





KENANGAN SEORANG PUJANGGA


Pada waktu sendiri aku ingat padamu, kasih
Berdua menjalin hubungan cinta
Udara dingin menjadi sahabatku
Saat engkau jauh dariku
Pohon-pohon melati heran dalam diam
Pengemis cinta dari mana keluyuran semalam ini
Melewati gubuk reot tak berpenghuni
Aku ingat kemesraan kita, cintaku mengembara

Pada waktu aku senggang dan gerimis begini kasih
Aku merasa selalu dekat denganmu
Mengarungi samudera impian, melalui cinta dan kasih sayang
Bermesraan di bawah pohon kemboja
Menyongsong hari indah dikemudian
Ternak membisu, jalanan sepi, dan aku jadi pecinta sejati
Mereka tertawa melihatku kasih. Pada sore itu
Aku berlutut sendiri mengharap kehadiranmu
Sesosok masa depan kelam menantiku

Aku harus menolak yang mereka berikan
Menukarnya dengan harapan kosong
Kalau aku bisa menatap wajahmu
Ia tak berani menggangguku lagi
Aku manarik napas panjang
Ketika kau menerima surat darimu
Engakau memberiku sejuta harapan, di jantung benua
Aku memilih cintamu, sakit tapi tertawa




Bojonegoro, 27 September 2005





HIDUP ADALAH PERJUANGAN


Hari cerah jadi kelam
Diliputi awan mendung
Tertiup ketidak adilan
Angin mulai mendesir
Menerpa tubuh-tubuh kokoh itu
Kini, matahari dan awan
Tak lagi, bersahabat

Demikian pula kulihat
Terpaan angin begitu keras
Membuatku terombang-ambing
Antara semangat dan keputus asaan

Demikan ketika aku turun
Kulihat hidup penuh kecewa
Emosi berkobar di mana-mana
Marah selalu ada di dalam dada
Namun aku terus berjuang
Karna hidup adalah perjuangan



Bojonegoro, 19 Oktober 2005





KEPADA KEKASIH HATI


Aku ingin bersama matahari
Hangatkan pagimu
Hangatkan embun pada daun-daun

Aku ingin mengukir cinta
Pada hatimu yang lara
Memberi secuil perasaan
Pada dirimu yang terluka

Aku menyusun seribu nyali
Hanya untuk mengucapkan kata yang abadi:
“Aku Cinta Padamu”

Sungguh…..!!!!
Aku bukan hanya membual
Dalam lautan kata-kata
Tak pernah terucap semuanya

Wahai kekasih hati
Dengarlah jeritan ini
Tanpa rasa dan asa
Tanpa emosi dan amarah
Menyanyat mimpi dalam ketabahan




Bojonegoro, 22 Oktober 2005





PESAN ANAK BANGSA


Inikah wajah dunia
Sungguh aku tak percaya
Pada duniaku
Kau punya keindahan
Di balik itu menyelinap kesedihan
Aku kasihan
Melihat alamku rusak oleh tangan setan
Menjadi malapetaka bagi bumi
Menghancurkan negeri tercinta
            Prihatinkah kini kita
            Berpijak pada ambang kemusnahan
            Adakah sedikit rasa malu pada Tuhan
Oh…., Tuhan berikan hidayah-Mu
Berikan keinsyafan padanya
Jangan limpahkan kemurkaan-Mu
Pada kami yang meninggalkan-Mu
Tapi lupakah hati tuk tetap mengingat-Mu
            Semoga alam yang hancur
            Akan indah dan mempesona kembali
            Hingga tak ada lagi luka



Bojonegoro, 10 November 2005





SURAT UNTUK PEMIMPIN NEGERI


Wahai pemimpin kami
Pemegang tertinggi kekuasan negeri
Kalian anggap kalian pintar
Padahal kalian bodoh
            Wahai pemimpin kami
            Dengarlah suara kami
            Suara yang penuh isak tangis
Engkau anggap semuanya milikmu
Tak ada satupun celah untuk kami
Tuk mendengarkan suara kami
Engkau tak mau
Engkau pemimpin negeri
            Dari ulahmu
            Dapat mendatangkan becana
            Kesengsaraan dan kemiskinan
            Semua karna ulahmu
Wahai pemimpin kami
Engkau hanya manusia tak berdaya
Kekuasaan hanya milik Tuhan




Bojonegoro, 28 November 2005






KEMUDAAN MENDAKI PERJUANGAN


Matahariku yang indah
Sedang mendaki langit
Kemudaan yang kutapaki
Akan memasuki alam remaja
Perjuangan hidupku kini
Akan panjang dan berarti

Perjuangan yang berarti
Memang indah
Merasakan perjuangan yang berarti
Memang indah
Meniti jalan perjuangan bagi manusia
Memang indah
Merasakan keberkahan perjuangan tanpa pamrih




Bojonegoro, 01 Desember 2005





ANUGERAH CINTA


Kududuk di bawah pohon ini
Melihat banyak orang lalu lalang
Mengurusi urusan pribadinya
Tanpa peduli urusan orang lain
            Aku mendengar angin menderu
            Meniupkan sejuta mimpi di jantung kota
            Menanti kekasih hatiku
            Di kursi panjang ini
Ilalang bergoyang
Mengartikan sejuta bahasa tak dimengerti
Walau adanya hanya sebuah bait puisi
Hanya kutulis di sini
            Anugerah cinta
            Terangi malamku dengan pelitamu
            Aku tak dapat hidup
            Tanpa cintamu




Bojonegoro, 14 Desember 2005






TAKUT PADA CINTA


Kurasakan pohon-pohon
Seperti menyanyikan lagu cinta yang merdu
Kurasakan cakrawala melukiskan kanvas kasih
Mengabadikan kasihku yang abadi
            Angin yang melembut
            Seperti mengabarkan rasa hatiku
Penuh bunga kemesraan
Mesra…..!!!!
Tak pernah kurasakan
Ada rasa mesra yang datang
Dalam dada dan mengimbau hati
Kehidupanku penuh duri
            Kini bersama dirimu
            Aku merasakan gelisah
            Tak menentu
            Membuahkan mesra, mengorak pada jiwa




Bojonegoro, 23 Desember 2005